Makalah Filsafat Empirisme


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang semua perkataan-Nya adalah wahyu. Dan semua perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifat-Nya adalah panutan bagi semua umat-Nya.
 Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akhlak Tasawuf" di jurusan Muamalah, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Makalah ini berjudul ”Filsafat Empirismeyang membahas tentang pengertian filsafat empirisme beserta tokoh-okohnya dan pemikiran-pemikirannya.
Tak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf bila ada salah-salah kata. Sesungguhnya segala kekurangan dan kesalahan itu datangnya dari kami sendiri, sedangkan segala kelebihan itu datangnya dari Allah SWT semoga Allah SWT meridhai kita.
Wa’alaikumusslaam wr.wb.   
                                        Mataram, 15 November 2017
                                                                                               
Kelompok 9  
DAFTAR PUSTAKA……………...………………………………………………………....…14

 




BAB I

PENDAHULUAN


   A.     Latar belakang
Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk mengetahui apa yang disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah: bagaimana ia tahu, bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya tidak berfilsafat, jadi kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya tentang filsafat itu.
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Empirisme (Francius Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).
Filsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar darikekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat adalah Rene Descartes. Descartes menawarkan sebuah prosedur yang disebut keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran akan eksisitensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Teori pengetahuan yang dikembangkan Rene Descartes ini dikenal dengan nama rasionalosme karena alur pikir yang dikemukakan Rene Descartes bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas semua tokoh empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume yang dianggap sebagai puncak empirisme.  
    B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan permaslahan sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan empirisme beserta konstruksinya?
2.      Bagaimanakah pemikiran David Home tentang empirisme?
3.      Bagaimanakah telaah kritis kita atas pemikiran filsafat empirisme?
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui bahwa filsafat mempunyai aliran yang disebut dengan empirisme
2.      Agar mahasiswa dapat lebih mengenal apa itu aliran empirisme
3.      Agar mahasiswa dapat lebih mengenal sapa saja tokoh-tokohnya dan apa saja pemikirannya.






PEMBAHASAN

Orang pertama yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Apabila Bacon lebih berarti dalam bidang penelitian, Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menusun system yang lengkap berdasar pada empirisme secara konsekuen, namun mengalami sistemasisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.[1]
Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini karena filsaat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnyabagi kehidupan.kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang pasti,  dan benar hanya diperoleh lewat indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.[2]
Secara etimologis, empirisme berasal dari bahasa Inggris, yaitu empiricism dan experience.  Kata-kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu empeirea dan dari kata experietta yang berarti “berpengalaman dalam”, “berkenalan dengan”, “terampil untuk”. Sementara itu menurut A.R. Lacey, berdasarkan akar katanya, empirisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau persial didasarkan pada pengalaman yang menggunakan indra.[3]
Secara terminologis, terdapat beberapa definisi mengenai empirisme, diantaranya: (1) doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dengan pengalaman, (2) pandangan bahwa semua idea merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, (3) pengalaman indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal.[4]
Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari  pengalaman sehingga sehingga pengalaman indriawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman adalah akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian dipahamai dalam otak, dan akibat dari rangsangan tersebut terbentuk tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indriawi. Aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Empirisme memiliki tiga jenis pandangan, yaitu empirio kritisme, empiris logis dan empiris radikal. Empirisme juga memiliki beberapa aliran tersendiri, yaitu aliran shopisme, hedonism, dan epicurisme.
Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui melalui pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu “ada”, ia akan berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai fakta, ia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Apabila kita mengatakan kepadanya bahwa ada seekor harimau dikamar mandi, ia akan meminta untuk menjelaskan cara kita dapat kesimpulan tersebut. Jika kita mengatakan bahwa kita benar-benar melihat harimau dikamar mandi, kaum empiris mau mendengar laporan mengenai pengalaman kita., namun dia hanya akan menerima hal tersebut hanya jika dia dapat memeriksa kebenaran yang kita ajukan dengan jalanmelihat harimau itu dengan mata kepalanya sendiri.
Aliran empirisme dibangun pada abad ke-17 yang muncul setelah aliran rasionalisme. Bertentangan dengan rasionalisme yang mengindahkan rasio sebagai sumber utama pengenalan. Empirisme memilih pengalaman sumber utama pengenalan dan yang dimaksdkan dengannya ialah baik pengalaman lahiriah maupun batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Tidak mengherankan bila rasionalisme dan empirisme masing-masing mempunyai pendirian yang sangat berlainan tentang sifat pengenalan manusia. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari rasio, sehingga pengalaman inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur saja. Sebaliknya, empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga pengalaman inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.[5]
Menurut rasionalis, ada beberapa kebenaran umum, seperti setiap kejadian tertentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika serta kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh keluar intuisi rasional. Empirisme menolak hal tersebut karena tidak ada kemampuan intuisi rasiona. Semua kebenaran yang disebutkan adalah kebenaran yang diperoleh melalui observasi. Jadi kebenaran aposteriori.
Poedjawiatna menyatakan bahwa empirisme berguna dalam filsafat pada umumnya. Dengan empirisme, filsafat memerhatikan lebih cermat lagi manusia sebagai keseluruhan. Ajaran-ajaran filsafat empirisme adalah sebagai berikut.[6]
1.      Pandangan bahwa semua idea atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialamai.
2.      Pengalaman indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal atau rasio.
3.      Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada indriawi.
4.      Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data indriawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.      Akal budi tidak dapat memberika kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman indriawi dan penggunaan pancaindra kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6.      Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan tetapi waktu dewasa ia menjabat pangkat-pangkat yang tinggi di kerajaan Inggris. Kemudian malahan diangkat dalam golongan bangsawan.setelah ia berhenti dari jabatannya yang tinggi, barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
Sebagai pejabat tinggi ia tidak terlalu mengutamakan kebenaran, yang paling penting baginya adalah gunanya. Apakah guna pengetahuan, jika tidak bermanfaat? Bukanlah renungan yang luhur-luhur yang bermanfaat dan bukan itu pulalah yang penting bagi hidup, melainkan fakta. Bukan yang abstrak-abstrak, hasil renungan yang ada, melainkan fakta didunia ini. Dari itu pengetahuan yang sebenarnya tentu saja pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indranya dengan dunia fakta alam. Pengalamanlah sumber pengetahuan yang sejati.[7]
John Lock adalah filsuf Inggris. Ia lahir di Wrington-Somersetshire dekat Bristol Inggris. Disamping sebagai ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya.[8]
Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan proses manusia mendapatkan pengetahuan.
Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia belum berfungsi atau masih kosong.situasi tersebut diibaratkan Locke seperti kertas putih (tabula rasa) yang kemusian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia. Rasio manusia hanyaberfungsi untuk mengolah pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Dalam bidang kemanusiaan Locke memandang bahwa manusia terlahir dalam keadaan yang sama. Oleh karena itu, seseorang atau individu tertentu tidak boleh lebih tinggi dari individu yang lain, atau dikenal dengan keadaaan subordinasi, kecuali keadaan seorang penguasa atau pemimpin. Nilai-nilai moral yang diajarkan diantaranya manusia sebagai individu tidak boleh saling membalas yang mengahancurkan dirinya dan orang lain sebab keadaan alami memiliki hukum alam untuk mengaturnya.[9]
George Barkeley lahir dari keluarga Inggris di Kilorim, Irlandia. Ia adalah seorang uskup dan dosen. Sebagai seorang uskup dan dosen, ia sangat pengasih sehingga rumahnya menjadi sebuah pusat sosial dan budaya. Ia melayani siapapun dan kapanpun ketika ada yang membutuhkan.
George Barkeley sebagai penganut empirisme mencanangkan teori yang dinamakan immaterialisme. Bagi Barkeley perbedaan anatara jiwa dan manusia tidak ada. Kesimppulan ini berlandaskan filsafat Locke yang mengatakan bahwa semua pengetahuan berdasarkan pengalaman. Menurut Barkeley, pengalaman tidak disebabkan sesuatu diluar kita karena diluar kita tidak apa-apa. Benda-benda hanya “ada” jika benda-benda ini diamati dan dipikirkan. Sesuatu yang tidak diamati tidak ada. Tidak ada pohon jika tidak dilihat oleh saya.
Oleh karena itu pengetahuan manusia direduksi menjadi dua elemen, yaitu roh dan idea. Berbeda dengan idea-idea , “semangat” yang tidak dapat dirasakan, “semangat” yang merasakan idea yang dapat dipahami secara intuitif  dengan perasaan batin atau refleksi. Bagi manusia, manusia tidak punya langsung “idea roh”, meskipun manusia memiliki alasan kuat untuk percaya akan keberadaan roh-roh, namun keberadaan roh tersebut menjelaskan keteraturan tujuan yang dapat ditemukan dalam pengalaman. Dengan demikian, sangat jelas kita tidak dapat mengetahui adanya roh, selain dengan kehendak-Nya.
Barkeley percaya dengan keberadaan Tuhan, sebab Tuhan hadir dekat dengan kesadaran kita. Yang menybabkan melimpahnya gagasan-gagasan dan yang terus menerus kita ikuti. Seluruh dunia di sekeliling kita dan seluruh kehidupan kita ada dalam diri Tuhan. Dialah satu-satunya penyebab dari segala sesuatu yang ada. Kita hanya ada dalam pikiran Tuhan karena kita bagian dari roh Tuhan.[10]
David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia pada tanggal 26 april 1711. Dengan nama asli David Home. Ia anak bungsu dari keluarga yang baik, tetapi tidak kaya. Pada tahun 1734, ia mengubah namanya karena di Inggris ia mengalami kesulitan mengucapkan “Home” dengan cara Skotlandia. Hume tidak pernah menikah, sejak sarjana ia memutuskan untuk bersenang-senang dan menikmati kehidupan intelektal. Hume menghargai nilai persahabatan dan ia menilai percakapan sebagai jalan untuk membangun peradaban.
Pada 1729 musim gugur, Hume mengalami gangguan kejiwaan parah (vapor) selama 5 tahun. Hal ini karena kepuasaannya saat ia pertama kali membantai raksasa segala ilmu pengetahuan, filsafat dan teologi, padahal umurnya masih relatif muda. Hume tenar sebagai seorang sejarawan dengan karyanya , The History of England.  Karya ini menelusuri peritiwa dari invasi Julius Caesar ke revolusi 1688, dan tergolong buku best seller.  Hume wafat pada usia 65 tahun pada 1776 di kota kelahirannya, Edinburgh Skotlandia.
Sebagai seorang empirisme yang sangat konsisten dan termasuk radikal. Ia menegaskan bahwa pengalaman lebih memberikan keyakinan dibandingkan dengan kesimpulan logika. Dan ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan panca indra. Adapun menurut Hume sesuatu tidak dapat bekerja tanpa bantuan pengalaman. Sebagai contoh, jika ada seorang dari planet lain yang dianugrahi kemampuan akal yang sangat kuat, dan kemampuan tersebut dibawa ke bumi, secara langsung ia dapat mengobservasi peristiwa-peristiwa yang beruntun tetapi tidak mampu menemukan sesuatu  yang lebih dari itu. Untuk pertama kali ia tidak mungkin dapat menangkap idea sebab akibat karena kekuatan yang berjalan alami belum tertangkap oleh inderanya. Begitu juga, akal tidak mampu sekaligus menyimpulkan berdasarkan suatu peristiwa bahwa suatu sebab menimbulkan akibat tertentu karena hubungan itu bisa berubah-ubah. Menurutnya, hanya dua peristiwa yang terjadi dan yang satu terjadi setelah yang lain. Bahwa gerak yang satu hanya berdasarkan pendapat manusia yang mengasosiasikan dua peristiwa yang dahulu terjadi secara bersamaan.
Thomas Hobbes hidup dalam suasana malapetaka perang saudara di Inggris abad ke-17 antara kubu Charles 1 dan kubu parlemen yang akhirnya dimenangkan kubu parlemen. Charles 1 akhirnya dihukum gantung, lalu berdirilah republic yang dipimpin oleh Oliver Cromwell. Pengalam bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang paling tragis dan kehidupan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh. Atas dasar pengalaman sejarah macam ini, Hobbes sangat meminati masalah-masalah sosial. Dia kuliah di universitas Oxford, dan pada usia muda sudah menjadi dosen pribadi keluarga bangsawan Cavendish. Sejak muda, Hobbes juga meminati karya-karya klasik, sebuah minat yang khas dimiliki pada zaman Reinesans. Dia malah sempat menerjemahkan karya-karya Tucydides dan juga puisi Iliad  dan Odissey  karya penyair termasyhur zaman Yunani, Homerus. Dia sempat berkontak dengan Galileo dan sempat menjadi sekretaris Francis Bacon.[11]
Hobbes sempat dibuang Karena pikiran-pikirannya. Hampir sepanjang hidupnya dia berusaha memecahkan masalah kodrat sosial manusia yang menurutnya sangat rapuh untuk kehidupan sosial. Dia menulis sebuah buku yang sangat termasyhur dalam filsafat politik , berjudul Leviathan. Dia dimusuhi semua golongan agama pada zamannya: kaum Kalvinis, Anglikan, maupun Katolik. Dikalangan rakyat kebanyakan pikirannya juga dianggap immoral dan namanya dikaitkan dengan sikap membelot. Meskipun demikian, kehidupan pribadi Hobbes menyangkal semua itu, dia adalah orang yang sangat berbudi bahasa, toleran dan mengabdikan seluruh hidupnya demi kemajuan ilmu pengetahuan. Dikemudian hari pun orang sangat menghargai karyanya.
Sebagaimana umumnya penganut empirisme, Hobbes beranggapan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain daripada semacam perhitungan, yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara berlainan.[12]
Materialisme yang di anut Hobbes dapat dijelaskan sebagai berikut: segala sesuatu yang ada bersifat bendawi. Yang dimaksud bendawi adalah segala sesuatu tidak bergantung kepada gagasan kita. Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah gerak, yang berlangsung karena keharusan. Realitas segala yang bersifat bendawi, yaitu yang tidak bergantung kepada gagasan kita, terhisap di dalam gerak itu. Dengan demikian,maka pergerakansubstansi diubah menjadi suatu teori aktualitas.Segala objektivitas di dunia luar bersandar kepada suatu proses tanpa pendukung berdiri sendiri.Ruang atau keluasan tidak memiliki”ada” sendiri. Runag adalah gagasantentang hal yang berada itu sendiri. Waktu adalah gagasan tentang gerak.Berdasarkan pandangannya itulah ia melahirkan filsafatnya tentang manusia.[13]
a.       Manusia
 Manusia  tidak lebih dari suatu alam bendawi yang mengelilinginya. Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada kejadian-kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.Manusia hidup selama beredar darahnya dan jantungnya bekerja, yang disebabkan karena pengaruh hawa atmosfer. Dengan demikian, manusia yang hidup tiada lain adalah gerak anggota-anggota tubuhnya.
b.      jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa, baginya merupakan kompleks dari proses-proses mekanis dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan, melainkan hasil perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang kecil.Awal gerak nan kevil ini kalau diarahkan untuk menuju kepada sesuatu disebut dengan keinginan yang samaa dengan kasih; jika diarahkan untuk meninggalkan sesuaatu disebut keenganan atau keseganan. Namun demikian, yang terkuat adalaah jikalau terjadi bentrokan-bentrokan.Oleh karena itu Hobbes merupakan orang yang tidak mengakui kehendak bebas.
Untuk merpertegas pandangannya, ia menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang universal, kecuali nama belaka. kesimpulan Pendapat ini bahwa ide dapat digambarkanmelalui kata-kata. Denagan kata lain,tanpa kata-kata ide tidak dapat di gambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan “benar” atau “tidak benar” itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam bentuk pikiran orang.

BAB III

PENUTUP


Di dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran pemikiran, di antaranya: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
Aliran Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memeroleh pengetahuan, dan mengecilkan akal. Aliran emperisme berpendapat bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewan indera (empiri) dan empirilah satu-satutnya sumber pengetahuan aliran Emperis, bahwa pada dasarnya budi dan empiri saling berkaitan.
Peletak dasar empiris pertama adalah Francis bacon, bapak empirisnya Jhon Locke dan beberapa filsuf lainya seperti Thomas Hobbes, Berkeley, David Hume dan lainnya.Meskipun aliran empirisme sangat berpengaruh atas pemikiran-pemikiran filsafat selanjutnya namun banyak dijumpai kelemahan baik metode, obyek tentang empiris.






DAFTAR PUSTAKA

Alfan Muhammad, 2013, Filsafat Modern, Bandung: Pustaka Setia.
Fattah Abdul, 2015, Pengantar ke Alam Filsafat, Mataram: Universitas Islam Negri Mataram.
I.R. poedjawijaya,2005, Pengantar ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Achmadi Asmoro, 2013, Filsafat Umum,  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
S. Praja Juhaya, 2003, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenadamedia Group.





[1] Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 111.
[2] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm. 116.
[3] Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 112.
[4] Ibid., hlm 112.
[5] Abdul Fattah, Pengantar ke Alam Filsafat, (Mataram: Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, 2015), hlm. 117.
[6] Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 114.
[7] I.R. Poedjawijatna, Pembinbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 104.
[8] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm. 117.
[9] Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 143.
[10] Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 150.
[11] Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm.106.
[12] Ibid., hlm. 107.
[13] Juhaya S. Pradja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), hlm. 107.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Kewirausahaan Islam

KAIDAH FIKIH KULLIYAT YANG KE 26-30