Makalah Filsafat Empirisme
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan
baik. Shalawat dan
salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang semua
perkataan-Nya adalah wahyu. Dan semua
perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifat-Nya adalah
panutan bagi semua umat-Nya.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akhlak
Tasawuf" di jurusan Mu’amalah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Mataram.
Makalah ini berjudul ”Filsafat
Empirisme” yang membahas tentang pengertian filsafat empirisme beserta tokoh-okohnya dan pemikiran-pemikirannya.
Tak
lupa pula kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya
kami mohon maaf bila ada salah-salah kata. Sesungguhnya segala kekurangan dan
kesalahan itu datangnya dari kami sendiri, sedangkan segala kelebihan itu
datangnya dari Allah SWT semoga Allah SWT meridhai kita.
Wa’alaikumusslaam
wr.wb.
Mataram,
15
November 2017
Kelompok 9
DAFTAR
PUSTAKA……………...………………………………………………………....…14
BAB I
PENDAHULUAN
Ada
orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk mengetahui apa yang
disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah: bagaimana ia
tahu, bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah berfilsafat dan mengira
tahu pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya tidak berfilsafat, jadi
kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya tentang filsafat itu.
Tak
dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat
modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai
aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme,
Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat
hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme. Namun didalam
pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Empirisme (Francius Bacon, Thomas
Hobbes. John lecke David Hume).
Filsafat
pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar darikekangan pemikiran kaum
agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang yang berjasa dalam membangun
landasan pemikiran baru di dunia barat adalah Rene Descartes. Descartes
menawarkan sebuah prosedur yang disebut keraguan metodis universal dimana
keraguan ini bukan menunjuk kepada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan
berakhir ketika lahir kesadaran akan eksisitensi diri yang dia katakan dengan
cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Teori pengetahuan yang
dikembangkan Rene Descartes ini dikenal dengan nama rasionalosme karena alur
pikir yang dikemukakan Rene Descartes bermuara kepada kekuatan rasio (akal)
manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul
para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes
yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah
yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas
Hobbes, George Barkeley, dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas
semua tokoh empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume yang dianggap
sebagai puncak empirisme.
Berdasarkan
uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan permaslahan sebagai
berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan empirisme beserta konstruksinya?
2. Bagaimanakah
pemikiran David Home tentang empirisme?
3. Bagaimanakah
telaah kritis kita atas pemikiran filsafat empirisme?
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui bahwa filsafat mempunyai aliran yang disebut dengan
empirisme
2. Agar
mahasiswa dapat lebih mengenal apa itu aliran empirisme
3. Agar
mahasiswa dapat lebih mengenal sapa saja tokoh-tokohnya dan apa saja
pemikirannya.
PEMBAHASAN
Pergolakan
filsafat di Eropa sangat dinamis dan bervariasi. Kutub yang paling ektrem yang
tercatat dalam sejarah filsafat adalah pertentangan antara filsuf di Inggris
dan Jerman, antara rasionalisme dan empirisme, dan antara Descartes dan Francis
Bacon. Para pemikir Inggris lebih mengikuti pemikiran Francis Bacon, yaitu
aliran empirisme.
Orang pertama
yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679).
Apabila Bacon lebih berarti dalam bidang penelitian, Hobbes dalam bidang
doktrin atau ajaran. Hobbes telah menusun system yang lengkap berdasar pada
empirisme secara konsekuen, namun mengalami sistemasisasi pada dua tokoh
berikutnya, John Locke dan David Hume.[1]
Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat
dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini
karena filsaat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnyabagi kehidupan.kemudian beranggapan bahwa
pengetahuan yang pasti, dan benar hanya
diperoleh lewat indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan.
Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.[2]
Secara etimologis, empirisme berasal
dari bahasa Inggris, yaitu empiricism dan experience. Kata-kata ini berasal dari bahasa Yunani,
yaitu empeirea dan dari kata experietta yang berarti
“berpengalaman dalam”, “berkenalan dengan”, “terampil untuk”. Sementara itu
menurut A.R. Lacey, berdasarkan akar katanya, empirisme adalah aliran filsafat
yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau persial didasarkan
pada pengalaman yang menggunakan indra.[3]
Secara terminologis, terdapat beberapa
definisi mengenai empirisme, diantaranya: (1) doktrin bahwa sumber seluruh
pengetahuan harus dicari dengan pengalaman, (2) pandangan bahwa semua idea
merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, (3)
pengalaman indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal.[4]
Aliran empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman
sehingga sehingga pengalaman indriawi merupakan pengenalan yang paling jelas
dan sempurna. Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman adalah akibat
suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian dipahamai dalam otak,
dan akibat dari rangsangan tersebut terbentuk tanggapan-tanggapan mengenai
objek yang telah merangsang alat-alat indriawi. Aliran ini menganggap
pengalaman sebagai satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Empirisme
memiliki tiga jenis pandangan, yaitu empirio kritisme, empiris logis dan
empiris radikal. Empirisme juga memiliki beberapa aliran tersendiri, yaitu
aliran shopisme, hedonism, dan epicurisme.
Kaum empiris memegang teguh pendapat
bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh melalui melalui pengalaman. Jika kita
sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu “ada”, ia
akan berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai fakta,
ia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Apabila kita mengatakan
kepadanya bahwa ada seekor harimau dikamar mandi, ia akan meminta untuk
menjelaskan cara kita dapat kesimpulan tersebut. Jika kita mengatakan bahwa
kita benar-benar melihat harimau dikamar mandi, kaum empiris mau mendengar
laporan mengenai pengalaman kita., namun dia hanya akan menerima hal tersebut
hanya jika dia dapat memeriksa kebenaran yang kita ajukan dengan jalanmelihat
harimau itu dengan mata kepalanya sendiri.
Aliran empirisme dibangun pada abad
ke-17 yang muncul setelah aliran rasionalisme. Bertentangan dengan rasionalisme
yang mengindahkan rasio sebagai sumber utama pengenalan. Empirisme memilih
pengalaman sumber utama pengenalan dan yang dimaksdkan dengannya ialah baik
pengalaman lahiriah maupun batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. Tidak
mengherankan bila rasionalisme dan empirisme masing-masing mempunyai pendirian
yang sangat berlainan tentang sifat pengenalan manusia. Rasionalisme mengatakan
bahwa pengenalan yang sejati berasal dari rasio, sehingga pengalaman inderawi
merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur saja. Sebaliknya, empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga pengalaman
inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.[5]
Menurut
rasionalis, ada beberapa kebenaran umum, seperti setiap kejadian tertentu
mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika serta
kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran
apriori yang diperoleh keluar intuisi rasional. Empirisme menolak hal tersebut
karena tidak ada kemampuan intuisi rasiona. Semua kebenaran yang disebutkan
adalah kebenaran yang diperoleh melalui observasi. Jadi kebenaran aposteriori.
Poedjawiatna
menyatakan bahwa empirisme berguna dalam filsafat pada umumnya. Dengan
empirisme, filsafat memerhatikan lebih cermat lagi manusia sebagai keseluruhan.
Ajaran-ajaran filsafat empirisme adalah sebagai berikut.[6]
1. Pandangan
bahwa semua idea atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialamai.
2. Pengalaman
indriawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal atau rasio.
3. Semua
yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada indriawi.
4. Semua
pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari
data indriawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal
budi tidak dapat memberika kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman indriawi dan penggunaan pancaindra kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6. Empirisme
sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.
Dari
mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan tetapi waktu dewasa
ia menjabat pangkat-pangkat yang tinggi di kerajaan Inggris. Kemudian malahan
diangkat dalam golongan bangsawan.setelah ia berhenti dari jabatannya yang
tinggi, barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
Sebagai
pejabat tinggi ia tidak terlalu mengutamakan kebenaran, yang paling penting
baginya adalah gunanya. Apakah guna pengetahuan, jika tidak bermanfaat?
Bukanlah renungan yang luhur-luhur yang bermanfaat dan bukan itu pulalah yang
penting bagi hidup, melainkan fakta. Bukan yang abstrak-abstrak, hasil renungan
yang ada, melainkan fakta didunia ini. Dari itu pengetahuan yang sebenarnya
tentu saja pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indranya dengan
dunia fakta alam. Pengalamanlah sumber pengetahuan yang sejati.[7]
John
Lock adalah filsuf Inggris. Ia lahir di Wrington-Somersetshire dekat Bristol
Inggris. Disamping sebagai ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi,
mendalami kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai
seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuannya.[8]
Salah
satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh dalam sejarah filsafat adalah
mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan proses
manusia mendapatkan pengetahuan.
Locke
berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio
manusia belum berfungsi atau masih kosong.situasi tersebut diibaratkan Locke
seperti kertas putih (tabula rasa) yang kemusian mendapatkan isinya dari
pengalaman yang dijalani oleh manusia. Rasio manusia hanyaberfungsi untuk
mengolah pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama
pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Dalam
bidang kemanusiaan Locke memandang bahwa manusia terlahir dalam keadaan yang
sama. Oleh karena itu, seseorang atau individu tertentu tidak boleh lebih
tinggi dari individu yang lain, atau dikenal dengan keadaaan subordinasi,
kecuali keadaan seorang penguasa atau pemimpin. Nilai-nilai moral yang
diajarkan diantaranya manusia sebagai individu tidak boleh saling membalas yang
mengahancurkan dirinya dan orang lain sebab keadaan alami memiliki hukum alam
untuk mengaturnya.[9]
George
Barkeley lahir dari keluarga Inggris di Kilorim, Irlandia. Ia adalah seorang
uskup dan dosen. Sebagai seorang uskup dan dosen, ia sangat pengasih sehingga
rumahnya menjadi sebuah pusat sosial dan budaya. Ia melayani siapapun dan
kapanpun ketika ada yang membutuhkan.
George
Barkeley sebagai penganut empirisme mencanangkan teori yang dinamakan immaterialisme.
Bagi Barkeley perbedaan anatara jiwa dan manusia tidak ada. Kesimppulan ini
berlandaskan filsafat Locke yang mengatakan bahwa semua pengetahuan berdasarkan
pengalaman. Menurut Barkeley, pengalaman tidak disebabkan sesuatu diluar kita
karena diluar kita tidak apa-apa. Benda-benda hanya “ada” jika benda-benda ini
diamati dan dipikirkan. Sesuatu yang tidak diamati tidak ada. Tidak ada pohon
jika tidak dilihat oleh saya.
Oleh
karena itu pengetahuan manusia direduksi menjadi dua elemen, yaitu roh dan
idea. Berbeda dengan idea-idea , “semangat” yang tidak dapat dirasakan,
“semangat” yang merasakan idea yang dapat dipahami secara intuitif dengan perasaan batin atau refleksi. Bagi
manusia, manusia tidak punya langsung “idea roh”, meskipun manusia memiliki
alasan kuat untuk percaya akan keberadaan roh-roh, namun keberadaan roh
tersebut menjelaskan keteraturan tujuan yang dapat ditemukan dalam pengalaman.
Dengan demikian, sangat jelas kita tidak dapat mengetahui adanya roh, selain
dengan kehendak-Nya.
Barkeley
percaya dengan keberadaan Tuhan, sebab Tuhan hadir dekat dengan kesadaran kita.
Yang menybabkan melimpahnya gagasan-gagasan dan yang terus menerus kita ikuti.
Seluruh dunia di sekeliling kita dan seluruh kehidupan kita ada dalam diri
Tuhan. Dialah satu-satunya penyebab dari segala sesuatu yang ada. Kita hanya
ada dalam pikiran Tuhan karena kita bagian dari roh Tuhan.[10]
David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia pada tanggal 26
april 1711. Dengan nama asli David Home. Ia anak bungsu dari keluarga yang
baik, tetapi tidak kaya. Pada tahun 1734, ia mengubah namanya karena di Inggris
ia mengalami kesulitan mengucapkan “Home” dengan cara Skotlandia. Hume tidak
pernah menikah, sejak sarjana ia memutuskan untuk bersenang-senang dan
menikmati kehidupan intelektal. Hume menghargai nilai persahabatan dan ia
menilai percakapan sebagai jalan untuk membangun peradaban.
Pada 1729 musim gugur, Hume mengalami gangguan kejiwaan
parah (vapor) selama 5 tahun. Hal ini
karena kepuasaannya saat ia pertama kali membantai raksasa segala ilmu
pengetahuan, filsafat dan teologi, padahal umurnya masih relatif muda. Hume
tenar sebagai seorang sejarawan dengan karyanya , The History of England. Karya ini menelusuri peritiwa dari invasi
Julius Caesar ke revolusi 1688, dan tergolong buku best seller. Hume wafat pada
usia 65 tahun pada 1776 di kota kelahirannya, Edinburgh Skotlandia.
Sebagai
seorang empirisme yang sangat konsisten dan termasuk radikal. Ia menegaskan
bahwa pengalaman lebih memberikan keyakinan dibandingkan dengan kesimpulan
logika. Dan ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan panca indra. Adapun
menurut Hume sesuatu tidak dapat bekerja tanpa bantuan pengalaman. Sebagai
contoh, jika ada seorang dari planet lain yang dianugrahi kemampuan akal yang
sangat kuat, dan kemampuan tersebut dibawa ke bumi, secara langsung ia dapat
mengobservasi peristiwa-peristiwa yang beruntun tetapi tidak mampu menemukan
sesuatu yang lebih dari itu. Untuk
pertama kali ia tidak mungkin dapat menangkap idea sebab akibat karena kekuatan
yang berjalan alami belum tertangkap oleh inderanya. Begitu juga, akal tidak
mampu sekaligus menyimpulkan berdasarkan suatu peristiwa bahwa suatu sebab
menimbulkan akibat tertentu karena hubungan itu bisa berubah-ubah. Menurutnya,
hanya dua peristiwa yang terjadi dan yang satu terjadi setelah yang lain. Bahwa
gerak yang satu hanya berdasarkan pendapat manusia yang mengasosiasikan dua
peristiwa yang dahulu terjadi secara bersamaan.
Thomas Hobbes
hidup dalam suasana malapetaka perang saudara di Inggris abad ke-17 antara kubu
Charles 1 dan kubu parlemen yang akhirnya dimenangkan kubu parlemen. Charles 1
akhirnya dihukum gantung, lalu berdirilah republic yang dipimpin oleh Oliver
Cromwell. Pengalam bahaya-bahaya perang itu memberinya kesan yang mendalam
dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang paling tragis
dan kehidupan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh. Atas dasar
pengalaman sejarah macam ini, Hobbes sangat meminati masalah-masalah sosial.
Dia kuliah di universitas Oxford, dan pada usia muda sudah menjadi dosen
pribadi keluarga bangsawan Cavendish. Sejak muda, Hobbes juga meminati
karya-karya klasik, sebuah minat yang khas dimiliki pada zaman Reinesans. Dia
malah sempat menerjemahkan karya-karya Tucydides dan juga puisi Iliad dan Odissey karya penyair termasyhur zaman Yunani,
Homerus. Dia sempat berkontak dengan Galileo dan sempat menjadi sekretaris
Francis Bacon.[11]
Hobbes sempat dibuang Karena
pikiran-pikirannya. Hampir sepanjang hidupnya dia berusaha memecahkan masalah
kodrat sosial manusia yang menurutnya sangat rapuh untuk kehidupan sosial. Dia
menulis sebuah buku yang sangat termasyhur dalam filsafat politik , berjudul Leviathan.
Dia dimusuhi semua golongan agama pada zamannya: kaum Kalvinis, Anglikan,
maupun Katolik. Dikalangan rakyat kebanyakan pikirannya juga dianggap immoral
dan namanya dikaitkan dengan sikap membelot. Meskipun demikian, kehidupan
pribadi Hobbes menyangkal semua itu, dia adalah orang yang sangat berbudi
bahasa, toleran dan mengabdikan seluruh hidupnya demi kemajuan ilmu
pengetahuan. Dikemudian hari pun orang sangat menghargai karyanya.
Sebagaimana umumnya penganut empirisme,
Hobbes beranggapan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan.
Pengenalan intelektual tidak lain daripada semacam perhitungan, yaitu
penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara berlainan.[12]
Materialisme
yang di anut Hobbes dapat dijelaskan sebagai berikut: segala sesuatu yang ada bersifat bendawi. Yang dimaksud bendawi
adalah segala sesuatu tidak bergantung kepada gagasan kita. Doktrin atau
ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah gerak, yang berlangsung
karena keharusan. Realitas segala yang bersifat bendawi, yaitu yang tidak
bergantung kepada gagasan kita, terhisap di dalam gerak itu. Dengan
demikian,maka pergerakansubstansi diubah menjadi suatu teori aktualitas.Segala
objektivitas di dunia luar bersandar kepada suatu proses tanpa pendukung
berdiri sendiri.Ruang atau keluasan tidak memiliki”ada” sendiri. Runag adalah
gagasantentang hal yang berada itu sendiri. Waktu adalah gagasan tentang
gerak.Berdasarkan pandangannya itulah ia melahirkan filsafatnya tentang
manusia.[13]
a. Manusia
Manusia
tidak lebih dari suatu alam bendawi yang mengelilinginya. Oleh karena
itu segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia dapat diterangkan seperti
cara-cara yang terjadi pada kejadian-kejadian alamiah, yaitu secara
mekanis.Manusia hidup selama beredar darahnya dan jantungnya bekerja, yang
disebabkan karena pengaruh hawa atmosfer. Dengan demikian, manusia yang hidup
tiada lain adalah gerak anggota-anggota tubuhnya.
b. jiwa
Ajaran
Hobbes tentang jiwa, baginya merupakan kompleks dari proses-proses mekanis
dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan, melainkan hasil perkembangan karena
kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang kecil.Awal gerak nan kevil ini
kalau diarahkan untuk menuju kepada sesuatu disebut dengan keinginan yang samaa
dengan kasih; jika diarahkan untuk meninggalkan sesuaatu disebut keenganan atau
keseganan. Namun demikian, yang terkuat adalaah jikalau terjadi
bentrokan-bentrokan.Oleh karena itu Hobbes merupakan orang yang tidak mengakui
kehendak bebas.
Untuk
merpertegas pandangannya, ia menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang universal,
kecuali nama belaka. kesimpulan Pendapat ini bahwa ide dapat digambarkanmelalui
kata-kata. Denagan kata lain,tanpa kata-kata ide tidak dapat di gambarkan.
Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan
“benar” atau “tidak benar” itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap
benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam bentuk
pikiran orang.
BAB III
PENUTUP
Di
dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran pemikiran, di antaranya:
Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme,
Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi,
Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
Aliran
Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan
pengalaman dalam memeroleh pengetahuan, dan mengecilkan akal. Aliran emperisme
berpendapat bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh
lewan indera (empiri) dan empirilah satu-satutnya sumber pengetahuan aliran
Emperis, bahwa pada dasarnya budi dan empiri saling berkaitan.
Peletak
dasar empiris pertama adalah Francis bacon, bapak empirisnya Jhon Locke dan
beberapa filsuf lainya seperti Thomas Hobbes, Berkeley, David Hume dan
lainnya.Meskipun aliran empirisme sangat berpengaruh atas pemikiran-pemikiran
filsafat selanjutnya namun banyak dijumpai kelemahan baik metode, obyek tentang
empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Alfan Muhammad, 2013, Filsafat
Modern, Bandung: Pustaka Setia.
Fattah
Abdul, 2015, Pengantar ke Alam Filsafat, Mataram: Universitas Islam
Negri Mataram.
I.R. poedjawijaya,2005, Pengantar
ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Achmadi Asmoro, 2013, Filsafat
Umum, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
S. Praja Juhaya, 2003, Aliran-aliran
Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenadamedia Group.
[1]
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.
111.
[2]
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada,
2013), hlm. 116.
[3]
Muhammad Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.
112.
[4] Ibid., hlm
112.
[5] Abdul Fattah, Pengantar
ke Alam Filsafat, (Mataram: Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, 2015),
hlm. 117.
[6] Muhammad
Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 114.
[7] I.R.
Poedjawijatna, Pembinbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005), hlm. 104.
[8] Asmoro
Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013), hlm.
117.
[9] Muhammad
Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 143.
[10] Muhammad
Alfan, Filsafat Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 150.
[11] Juhaya S.
Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2003),
hlm.106.
[12] Ibid., hlm.
107.
[13] Juhaya S.
Pradja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenadamedia Group,
2003), hlm. 107.
Komentar
Posting Komentar